Rasanya Seperempat Abad Berada Di Dunia

Halo, lama gak curhat nih. Di akhir-akhir penghabisan bulan ramadhan ini kok rasanya beda. Aku baru nyadar, ternyata tahun ini ramadhan ke 25 yang sudah terlewati. Time flies.

Kalau ngomongin soal waktu, sekuat apapun kita berusaha mengejar, pasti sampai juga di saat yang kita tunggu-tunggu. Apa sih yang ditunggu? Salah satunya, ketika tiba di setengah abad berada di dunia. Usia ini banyak dijadikan parameter dari berbagai aspek kehidupan, usia yang paling ditunggu, paling bikin penasaran. Apapun itu, senang atau sedih, pahit atau manis, di seperempat abad inilah yang jadi patokan orang awam sebagai critical time. Hayuk lah, it's time for me to share.

Mungkin kali ini bakalan panjang karena ini ditulis berdasar kenyataan, dan curahan hati terdalam. Ciyegituuu...


#1 Soal rencana dan keberhasilan

Di usia 17-an, waktu dunia masih berasa begitu cerah ceria, masalah terbesar hanya seputar susahnya ujian fisika dan kimia. Kita pasti pernah punya berjuta rencana, cita-cita, ataupun harapan. Aku masih inget, dulu waktu masih di usia remaja, berharap bisa bekerja di perusahaan terkenal dengan gaji yang tinggi, pengen punya keluarga kecil bahagia, bisa memiliki apapun yang diinginkan, punya pasangan hidup yang menentramkan, dan bisa membahagiakan keluarga maupun orang disekitar. 

Well ternyata, tak selamanya jalan hidup itu mulus sesuai rencana. Pernah berharap menuai keberhasilan di usia ini, tapi nyatanya meleset tajam. Dulu pengen banget (sok-sok) ngikuti passion, tapi nyatanya sekarang harus bisa berdamai dengan kenyataan. Standar keberhasilan seputar pekerjaan, pasangan, keluarga, dan hidup yang macam - macam itu akhirnya tergeser dengan kenyataan sekarang. Aku bekerja, punya gaji yang gak banyak tapi alhamdulillah cukup, masih jadi single fighter (read: jomblo), dan urusan membahagiakan orang disekitar pun masih ala kadarnya semampunya. Tak mengapa. Toh pada akhirnya aku masih bersyukur kok, masih diberikan kehidupan yang cukup.
Di usia ini sepertinya memang harus belajar menerima. Bahwa setiap harapan tak selalu serta merta terwujud begitu saja.

#2 Kegagalan dan kehilangan

Sejujurnya di usia ini memang saat yang tepat untuk berdamai dengan berbagai kegagalan. Di usia ini lah gerbang menuju sebuah kedewasaan. Pernah berjuang tapi gagal, pernah berusaha tapi tak dihargai, pernah dijatuhkan, ditinggalkan, dan kehilangan. Tapi setelah aku pikir lagi, sejatinya semua itu sekarang jadi biasa saja. Semua bisa karena terbiasa, iya gak sih?

Kehilangan sesuatu atau seseorang bukanlah hal yang mudah. Kehilangan juga gak pernah ada di rencana kita. Tapi inilah twist in our story. Diusia 25 tahun ini, selalu berharap bisa punya kehidupan yang sempurna, yang mulus - mulus saja, punya pekerjaan yang baik, teman yang setia dan pengertian, keluarga yang selalu ada, kesehatan yang terjaga. Tapi mana bisa seperti itu? Ada berbagai kesulitan yang kadang diluar prediksi kita kan? Termasuk kehilangan seseorang. Bisa jadi kemarin masih sama dia, eh sekarang sudah sama yang lain *becanda. Nothing last forever. Semua ada masanya. 

Kalau dulu gagal akan sesuatu bisa nangis semalaman dan gak ada obat, tapi sekarang? yasudahlah, sedih itu jadi biasa. Gak boleh sedih terlalu lama, selama oksigen di bumi masih bisa kita hirup cuma-cuma, we have to be grateful guys.


Semua tentang kehilangan, pasti masih menyisakan kesedihan bahkan dalam waktu yang lama. Apalagi kehilangan sosok terdekat. Aku pun pernah merasakan, kehilangan sosok ayah untuk selamanya. Benar-benar semacam mimpi. 

Dulu pas masih usia remaja, pengen banget punya foto wisuda yang ada bapak, ibu, sama kakak disitu. Tapi namanya kehilangan, gak bisa diperkirakan. Dan akhirnya lulus kuliah bahagia, tapi sedih juga karena gak ada ayah disitu. Bahkan masih inget banget, dulu pernah ngobrol sama ayah, ayah bilang bahwa dia pengen di usiaku yang ke-25 aku sudah punya hidup yang baik, juga bahagia. Tapi nyesek rasanya, sejauh ini belum ada yang berubah. Aku masih jauh dari apa yang ayah cita-citakan. Ya maaf pak, cuma sejauh ini yang bisa putrimu usahakan. And now, i miss him so muuuch 😭

#3 Real-tionship dan persahabatan

Di awal usia 20-an, namanya jiwa muda pasti lagi blooming banget yak. Pengen pergi sana sini, pengen travelling sama temen, dan pengen banget punya partner yang bisa diajak jalan-jalan sepanjang waktu. Nyatanya, waktu berkata lain. Seiring bertambahnya usia, relationship pun seolah memudar. Yang awalnya berteman dekat, pelan tapi pasti terasa menjauh karena beberapa alasan. Kesibukan, kebutuhan, dan tanggung jawab membuat setiap orang harus berpikir dewasa. Menyingkirkan yang bukan prioritas. Dan memperjuangkan apa yang di depan mata agar tidak sia-sia. Apalagi setiap orang juga menua, lalu merasa bahwa dirinya harus semakin berkembang pula. Hidup gak bisa kalo melulu soal jalan-jalan dan main-main saja, ada kepentingan lain yang orang lain pun sedang memperjuangkan.


Jadi akhirnya, tak perlu pergi jauh, asalkan bisa bertemu teman terdekat, dimana pun itu sudah terasa menyenangkan. Hati juga jadi lega, artinya kita masih punya teman, gak sendirian. 
Lalu ada pula kenyataan lain, terkadang harus mulai rela dengan beberapa teman yang mulai pergi karena punya kehidupan lain. Dan jadilah hanya beberapa orang yang masih singgah dan akan tetap menjadi teman yang selalu ada di hati. #aseeek 

#4 Impian jadi lebih sederhana

Apa yang dahulu pernah diimpikan, seiring waktu menjadi memudar dan semakin redup. Berganti menjadi kepingan harapan kecil yang penting bisa terwujud, pernah merasa gitu juga gak sih?

Apalagi di usia 25an ini, memang seringkali dijadikan standar kemapanan seseorang. Apa yang kita kerjakan di usia 25an ini pasti sedang jadi bahan penilaian orang. Padahal, sukses bukan soal usia. Kemapanan juga tak harus dipandang melulu dari materi saja. Lagi pula setiap manusia pasti ada hasrat untuk berusaha kok.

Impian yang dulunya begitu tinggi, tapi bisa apa ketika kenyataannya berbeda. Dahulu pengen jadi milyader, tapi gara-gara terhalang batu kerikil, yaudah sekarang asal punya duit buat makan dan beli bensin pun sudah bersyukur bukan main. Pernah punya cita-cita bisa travelling ke seluruh tempat di Indonesia, tapi sekarang bisa libur dan sekedar jalan-jalan keliling kota pun bahagianya tiada tara. Bisa mencukupi kebutuhan diri, memanjakan diri sendiri tanpa bergantung orang lain pun juga sudah cukup memuaskan jiwa kok. Iya gak?

#5 Menghargai diri sendiri

Disaat teman lain yang seumuran punya kehidupan yang lebih diatas kita, lebih mapan, lebih terlihat sukses, lebih terlihat bahagia, disitulah kita harus belajar menerima diri sedalam - dalamnya. Bukan maksud membandingkan kebahagiaan diri dan orang lain sih, tapi harus mulai menyadari, bahwa bahagia itu sederhana dan mudah ditemukan disekitar kita. Gak perlu silau sama kehidupan orang lain yang mungkin jauh diatas kita. 

Aku pun gak mempermasalahkan apa yang di dapat orang lain, dan apa yang sudah aku dapat. Semua punya plot sendiri - sendiri, gak bisa disamaratakan. 

Selama yang kita lakukan bukan hal yang salah, keep moving on aja kan. Jiwa kita butuh dihormati, dihargai, dan dirawat sebaik mungkin, jangan sampai kilaunya redup #duhbahasanya. Setidaknya apa yang kita punya sekarang merupakan hasil jerih payah sendiri. Kita wajib bersyukur untuk hal itu. Setuju?


#6 Belum melakukan banyak hal

Lagi-lagi buat yang masih merasa suram di seperempat abad usia ini, mungkin harus mulai memutar pikiran. Rasanya sudah 25 tahun, tapi kok masih gini-gini aja, gak ada perubahan signifikan. Rasanya sudah dewasa, tapi kok ya belum tahu apa-apa, belum bisa ngatasi berbagai masalah. Sering merasa gitu juga kah?
Sekarang bukan waktunya untuk menyesali tidak adanya perubahan, tapi saatnya memikirkan bahwa masih banyak hal yang bisa dilakukan. Abaikan tentang standar kemapanan, pikirkan hal-hal yang menyehatkan pikiran, dan cari sesuatu yang lebih produktif.

#7 Perasaan mulai berubah

Ini yang paling berasa di usia 25. Memang setiap orang ada kalanya butuh ruang sendiri *lagunyaTulus
Di saat - saat sendiri ini jadi waktu yang sakral sih. Kita jadi mulai paham, mulai membaca diri sendiri, dan mulai bisa membandingkan, ternyata semudah itu perasaan kita berubah. Jangankan dulu dan sekarang, bahkan dalam hitungan jam pun perasaan bisa berputar arah. 
Sekarang jadi berasa lucu kalau inget jaman masih main-main perasaan. Yang dahulu serasa sulit, sekarang jadi terasa mudah. Yang awalnya pengen nangis darah, sekarang malah merasa lucu kalo ingat-ingat lagi. Yang tadinya cinta, sekarang jadi sebenci-bencinya. Apaan sih :3

Dulu pernah berharap bahwa di angka ini segala kegalauan sudah teratasi, segala perasaan lebih tentram, tapi nyatanya malah semakin tak tentu arah. Wkwk.
Di usia ini pula, biasanya banyak hal yang mulai kita tinggalkan. Sedikit atau banyak pasti seseorang berpikir, bagaimana pun seperempat abad itu sudah cukup banyak. Sudah bukan waktunya main-main rasa, apalagi menye - menye. Melainkan harus membangun jiwa yang matang, kuat, dan berprinsip. *hiyeehh


#8 Urusan interpersonal

Bahkan yang rasanya sudah didepan mata pun, perlahan menghilang. Begitupun soal hubungan interpersonal, people come and go. Di bilang sekuat apapun, ada kalanya perasaan itu berbalik arah bahkan dalam waktu yang cepat. Urusan interpersonal ini yang seringkali bikin semangat kendor. Hehe. Meskipun diatas aku bilang bahwa sudah bukan waktunya menye-menye, tapi apalah daya aku cuma remah-remah roti yang kena tetesan air pun jadi lembek. Wanita itu selalu berat di rasa, kadang terlalu peka. Repot juga jadinya. Hihi

Disaat temen seumuran yang lain sibuk dengan keluarga, anaknya, dan urusan rumah tangganya, sementara gue masih sibuk keluyuran, ngegame, dan males-malesan. Who cares? I deserve to be happy. Pada saatnya aku pasti berhenti di seseorang yang tepat juga kok, tak perlu adu kecepatan, apalagi merasa tertinggal.

#9 Merasa berbeda dengan yang lain

Aku orangnya cuek dan gak pernah ngurusin hidup orang lain. Tapi sesekali pernah juga merasa beda dari yang lainnya. Rasanya kok masih disini saja. Sudah seperempat abad di dunia, tapi kok masih gini-gini aja. Sementara yang lain sudah melangkah jauh ke depan, berani mengambil resiko yang cukup berat dalam hidupnya. 
Aku yang belum move on, atau mereka yang terlalu cepat?
I don't really know. As i said before, tak perlu bersedih dengan keadaan, sudah ada alurnya masing-masing. Nikmati saja apa yang ada. Yang terpenting harus selalu belajar. Belajar menerima, belajar untuk jadi lebih baik, dan belajar sabar sepanjang hidup kita.


Sekali lagi, bukan soal angka, melainkan bagaimana kita memaknai sebuah usia. Once in a life time, aku harus benar-benar menikmati hidup. Perjuangan masih panjang, gak boleh lelah, banyak rencana yang harus direalisasikan. Semoga Allah memudahkan.

Sekian dulu ya. Semoga tahun depan masih bisa bertemu dengan bulan ramadhan lagi, dengan kondisi yang lebih baik tentunya.
Rasanya Seperempat Abad Berada Di Dunia Rasanya Seperempat Abad Berada Di Dunia Reviewed by Dini Nh on June 11, 2018 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.