Tentang Sebuah Rencana

Seketika terpaku ketika mencoba memikirkan hal-hal yang belum pasti. Pikiran, waktu, dan energi terkuras untuk menyusun rencana yang entah kapan akan terlewati. Semua sibuk mempersiapkan, demi indahnya masa yang diharapkan bisa kita lampaui. 
Setiap orang memiliki banyak rencana yang diharapkan bisa dilalui dengan sempurna di waktu yang akan datang. Waktu yang akan datang tersebut bisa kita bayangkan dengan jelas di masa sekarang. Yang kita lihat adalah gambaran yang indah di masa mendatang. Sebuah gambaran, hanya sebatas itu.

Coba kembalikan ke sekarang. Kalau aku bisa bilang, 'sekarang' ini merupakan sebuah masa depan. Masa depan dari waktu kita yang dahulu, masa depan dari angan-angan kita di masa lalu. Mungkin dulu pernah punya cita-cita, rencana agar bisa seperti ini, seperti itu, punya ini, punya itu, dan lainnya. Tapi sangat mencekik ketika yang terjadi sekarang mungkin jauh dari angan kita. Sangat berbeda dari harapan. Bahkan tak satupun sesuai dengan rencana kita.

Tapi, ada pula sesuatu yang sesuai dengan harapan, yang lurus teratur sesuai dengan keinginan, bahkan melebihi angan-angan kita.

Sesuai atau tidak, waktu tetap berjalan. Dan akhirnya, semua tidak ada yang tahu kan? Hanya bisa membiarkan sebuah waktu agar tetap berjalan. Sebab rencana kita hanya sebuah gambaran tanpa jaminan kepastian. Rencana yang kita buat terasa sia-sia, karena ada hal - hal diluar sepengetahuan kita. Rencana yang kita susun, terkadang mengabaikan hal-hal diluar kemampuan kita. Maklum, human has a limit.

Lalu, apa yang terbaik dan terburuk dari sebuah rencana?

Yang terbaik sudah pasti ketika sebuah keadaan berada di jalurnya, sesuai keinginan, sesuai ekspektasi kita. Tidak diperlukan kesiapan apapun untuk segala kemungkinan indah ini, karena setiap manusia pasti siap ketika mendapati sesuatu yang baik.

Lalu, bersiaplah dengan yang terburuk!




Kubler-Ross pernah berpendapat mengenai lima tahap kesedihan yang dialami manusia, 
1. Denial
Atas suatu kesedihan yang terjadi, seseorang bisa menolak dan menyalahkan diri dan orang lain. Dalam tahap ini seseorang tidak bisa berpikir. Karena yang dipikirkan hal tersebut tidak mungkin terjadi. Dia menolak akan kondisi yang dialami.
2. Anger
Ketika sudah tidak mampu denial, seseorang mulai mengungkapkan kemarahannya. Seseorang menyangkal ke diri sendiri, atau orang lain.
3. Bargaining
Di tahap ini, seseorang masih berharap agar dapat lari atau menghindar dari sumber kesedihannya.
4. Depression
Ini yang biasanya paling sering terlihat. Seseorang mulai terlihat pasrah, menutup diri, mulai mengakui keadaan, namun tidak ada hal yang bisa diperbuat. 
5. Acceptance
Seseorang mulai menyadari, mengakui, dan menerima kenyataan atas suatu kehancuran yang menimpa dirinya. Dan ditahap inilah seseorang mulai bisa berpikir dan berdamai dengan keadaan bahwa semua akan baik-baik saja.

Mengadaptasi dari runtutan tahap diatas, akan aku gambarkan kelima fase tersebut ke kemungkinan terburuk dari sebuah rencana. Apa yang terburuk dari sebuah rencana yaitu kenyataan. Sederhananya, sudah menyusun rencana, tapi kenyataannya berbeda. Sudah berangan-angan, tapi ada saja ujiannya. Sudah hampir terlampaui, tapi ada saja hal diluar prediksi kita.

Seburuk apapun kenyataan yang ada di hidup kita sekarang, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menerima.
Tentang sebuah rencana, akan berakhir dengan menerima semua kondisi yang ada.
Ingat, untuk akhirnya bisa menerima butuh proses yang amat sangat panjang bukan? Ada 5 fase yang amat melelahkan, dan setiap orang itu khas. Setiap fase ada yang dilalui dengan cepat, ada juga yang tetap denial tanpa akhir, ada yang terus-menerus bargaining dalam waktu yang lama. 
Pun ada berbagai cara untuk menunjukkan ekspresi kesedihan mereka. Ada yang dipendam saja. Ada yang harus diluap-luapkan di berbagai media. Ada yang di handle dengan baik. Ada pula yang hanya bingung dan pasrah. Silakan saja. 

Yang aku tekankan, bahwa berencana itu harus bersiap dengan segala sesuatunya. Ada kemungkinan baik, dan pasti ada kemungkinan terburuk. Bisa jadi kita sangatlah baik untuk menyusun sebuah cara dan rencana, tapi kita lupa ada Yang Maha mengatur segalanya, yang lebih sempurna dalam menyusun rencana dengan caranya. Yang tiada celah dalam menempatkan segala sesuatunya.

Jadi, pahami saja, bahwa kita memang haruslah punya gambaran untuk masa depan, kita harus punya angan dan rencana. Agar setidaknya kita tahu kemana tujuan kita.
Tapi satu hal yang harus kita mengerti. Bagaimanapun jalan dan akhirnya, kita harus bisa menerima. Cukup menerima dan semuanya masih baik-baik saja.

Sekian.
Tentang Sebuah Rencana Tentang Sebuah Rencana Reviewed by Dini Nh on March 20, 2018 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.